Sejak mulai memainkan game ini, ada banyak banget hal yang pingin saya tulis sebagai penggemar series game Final Fantasy! Karena emang SEBAGUUSS ITUUUUU. Tapi, saya tahan dulu sampai akhirnya saya selesai dengan game ini dan bisa menulis dengan lengkap tentang Final Fantasy 16 dan kenapa game ini banyak menuai pujian dari para fans lama.

Tapi, tenang saja, saya ngga mau ngasih spoiler (mungkin ada sedikit spoiler sih), saya lebih ingin membahas overall dari game dan hal-hal yang menarik dibandingkan dengan game-game sebelumnya. Bagaimana game ini mengembalikan citra dari seri sebelumnya yang sempat membuat saya kecewa.

Memang apa yang menarik?

Karakter yang Menarik

Kalau biasanya SquareEnix menggunakan resep karakter utama yang cool, keren, pendiam tapi berhati baik, atau karakter utama yang ceria ala-ala tokoh manga, sebenernya karakter FF16 Clive Rosfield ini lebih sederhana dan biasa aja. Cuma seorang pemuda nobleman biasa. Tapi, kemudian cerita hidupnya yang membentuk karakternya jadi menarik dan memorabel.

Sebenernya bukan tipe yang cool dan keren, cuma karena setting-nya yang medieval, kayaknya kurang cocok kalo tokohnya ceria ala manga. Yang jelas SquareEnix membangun karakter sederhana tapi relatable di game ini.

Karakter dan para Summons alias Eikon di Final Fantasy 16. Keren beuuut
(source: google.com)

Ditambah lagi tokoh langganan Final Fantasy, Cid, yang selalu ada di seri FF manapun. Di seri ke-16 ini, tokoh Cid jadi tokoh yang paling memorable dan penting. Bahkan banyak fans dan pengamat game menulis bahwa Cid di FF16 adalah portrayal terbaik dari Cid yang ada selama ini. Karena memang Cid di sini KECE BANGET, dengan gaya yang Game of Thrones abis.

Karakter pembantu di game ini? Beuh, keren-keren lah. Apalagi Prince Dion Lesage. Walaupun Prince Dion ini jadi satu-satunya karakter yang openly gay di dalam dunia per-FF-an, tapi dia punya plot cerita yang cukup dramatis dan ending yang dramatis pula.

Love interest di game ini, Jill Warrick, juga ngga berlebihan. Buat gadis yang wah banget, tapi kisah romansanya cukup menarik untuk diikuti.

Yang tidak kalah menarik adalah villain dalam FF16 ini, Ultima, yang keren abnget. Bak percampuran antara Sephiroth FF7 dan Edea FF8. Aura dark and mysterious-nya dapet banget. Pas ending? Beuh,,,, mantebbbb transformasinya.

Selain Ultima, tokoh jahat yang lainnya juga digambarkan dengan keren. Salah satunya adalah perempuan bernama Benedikta Harman yang ternyata jadi idola para fans FF16.

Lalu, tokoh apa yang paling memorable buat saya? Torgal, hound alias anjing besar sahabat setianyanya Clive Rosfield yang ikut berpetualang dan jadi party member peperangan.

Torgal si anjing lucu, kuat dan setia, titisan Fenrir. (Source: google.com)

Plot Final Fantasy XVI yang Epic

Classical Plot Element of Final Fantasy

Ada 3 elemen utama yang selalu ada di dalam seri Final Fantasy (FF) yang membuat game ini terasa seperti FF: Kingdom, Crystal, dan Summons. Mulai dari FF1-5 semuanya berputar pada cerita kerajaan, kekuatan misterius yang berasal dari kristal, dan monster kuat yang ikut berjuang bersama karakter utama yang disebut Summons.

Baca juga  Review Sego Njamoer: Jajanan Nostalgia untuk Bulan Ramadhan

Mulai dari FF6, 7, 8, 10, sampai ke 15, elemen Kingdom dan Crystal itu hilang (ya FF15 ada kingdom sih..tapi…). FF ceritanya jadi lebih modern dengan sumber kekuatan yang lain. Kisahnya lebih berputar pada dunia baru yang modern, persahabatan, dan percintaan. Cuma summons yang masih kuat dipertahankan, walaupun fungsinya hanya seperti weapon saja.

Nah, ternyata di FF16, elemen cerita klasik kerajaan dan kekuatan magic yang bersumber dari kristal itu kembali lagi! So nostalgic! Yang lebih keren lagi, mereka menghadirkan Summons bukan cuma jadi sekedar weapon atau monster, tapi masing-masing Summons punya cerita dan background story yang membuat kehadiran Summons–atau yang di FF16 disebut sebagai Eikon ini–jadi lebih realistis dan memberi warna ke plot utama game ini.

Plot utama dari game ini juga ngga muter-muter, terasa smooth, walaupun di awal-awal kita akan bingung dengan nama-nama dan istilah-istilah yang ada. Nantinya throughout this game kita bisa mempelajari istilah-istilah dan apa-apa saja yang terjadi di dalam realm game ini, jadi kita bisa memahami plot-nya dengan mudah.

The return of Crystal in Final Fantasy 16!!! (Source: google.com)

Plot yang Mature

Dari segi plot, menurut saya tema yang diangkat dalam game ini lebih mature. Ngga cuma membahas peperangan, menyelamatkan manusia, tapi juga membahas tentang human’s will, tentang kebebasan dan kehendak manusia untuk terbebas dari slavery, tentang arti kebebasan dimana manusia bebas hidup dan mati on their own terms.

Ngga cuma di situ, plot romantismenya pun dibuat sangat mature (dan sangat kekinian) ala-ala Game of Thrones (IYKWIM). Cinta yang digambarkan disini juga ngga cuma cinta laki dan perempuan, tapi cinta kakak ke adiknya, cinta ayah ke anaknya, cinta ibu ke anaknya, cinta ke teman dan keluarga, yang membuat plot-nya jadi lebih realistis.

Kalau FF15 sebelumnya sangat-sangat mengedepankan persahabatan dan brotherhood, FF16 lebih banyak mengeksplor hubungan antar manusia, ngga terbatas dalam pertemanan aja, jadi lebih indah sekaligus lebih tragis.

Dalam ceritanya juga ada (spoiler) perpisahan dan kematian yang menyedihkan dan menyayat hati. Plot ceritanya bukan tipe yang semua menang dan semua bahagia ala-ala FF8. Tentu ada pengorbanan for a greater good, tapi bener-bener pengorbanan yang realistis dan bikin kita mewek.

Ceritanya ngga cuma soal kakak-beradik ini, tapi lebih dalam dan lebih mature lagi. So tragic, but also so meaningful. (Source: google.com)

Inspirasi ala Game of Thrones

Banyak gamer yang punya komentar yang sama, kalo game ini jadi mirip banget sama Game of Thrones (GoT). Sama-sama perang antar kerajaan, dengan bahasa Inggris yang northern british dengan bahasa yang sastra banget, pokoknya kalo main ini pasti kepikiran hal yang sama.

Termasuk dalam hal adegan romantisnya. Ada beberapa bagian yang memang lebih cocok untuk gamer dewasa.

Usut punya usut, ternyata game developernya meminta semua anggota timnya untuk nonton GoT dulu sewaktu ngembangin gamenya. Jadi ngga heran kalo penyuka GoT dan tayangan sejenisnya (termasuk saya) jadi ngerasa familiar dengan setting dan plot sampe ke gaya bahasa di game ini.

Baca juga  Reasons Why Japan Girl Group XG is Extraordinary, But Underrated

Gameplay

Sistem Battle yang Cocok untuk Siapa Saja

Inget banget jaman maen FF1-8 dan 13 tu yang namanya random battle, ngerjain dungeon, building element, building power, itu penting banget untuk memperkuat karakter kita. Dan ngga gampang mendapatkan building terbaik.

Tapi, sejak FF15, gameplay Final Fantasy ini memang berubah, building element dan power dibuat lebih simpel dan lebih memperbanyak action playnya. Bahkan, waktu main FF15 pertama kali saya merasa kaget, karena ngga seperti main game RPG, tapi lebih ke game action!

Di FF16, lebih mengejutkan lagi! Karena building-nya dibuat bener-bener lebih simpel. Kalo kata penggemar FF, game ini seperti kehilangan elemen FF-nya, karena ngga lagi menggunakan magic elemental, ngga lagi pake MP, tapi di sisi lain, ini mempermudah bagi para pemula, bagi para penggemar baru FF, dan para gamer amateur seperti saya yang payah kalo nge-build karakter dan cenderung males keluar masuk dungeon untuk memperkuat diri.

Konon katanya, battle developer-nya dulu kerja di tim-nya Devil May Cry 5 (DMC). Jadi, untuk para gamer yang familiar dengan sistem slash-and-dash ala DMC, pasti senang dengan gameplay FF jaman now.

Selain itu, fokus FF16 memang bukan di situ, tapi di…

Sistem Eikon Battle yang Ciamik

Ini adalah salah satu daya jual FF 16 yang ternyata betul-betul MENJUAALLL!!! Karena sistem Battle para Summons alias Eikon ini dibuat begitu keren dan cantik, jadi kita bener-bener merasakan aura grandious dari peperangan tersebut.

Beda dengan game-game sebelumnya dimana Eikon ini cuma seperti senjata perang yang dipanggil kalo pemain pingin ngasih dead blow biar musuh cepet kalah, di FF16 Eikon Battle ini adalah bagian dari cerita.

Jadi di game ini kita bisa mengendalikan si Eikon ini dan berperang dengan Eikon yang lain. Tentu dengan kemampuannya yang keren banget dan dengan grafik yang cantik banget (kalo main di TV 4K bakal CIAMIIIKKKK SOORRRROOOOOO).

Walaupun di beberapa titik sistem battlenya cuma kayak mencet tombol trus langsung jadi cutscene gitu kayak di FF15, tapi di banyak titik cerita kita bener-bener bisa mengendalikan si Eikon dan bener-bener berperang dengan Eikon. Walaupun Eikon-nya cuma ada 7, tapi WORTH IT BANGET!

Eikon Battle yang kece banget dan penuh warna dengan aura grandious (source: google.com)

Walaupun kadang agak pusing ngeliat warna-warna menggelegar pas Eikon Battle, tapi KEREN BANGEEEETTTT. Kapan lagi FF ngasih karpet merah ke para Summons yang kece-kece itu???

Semi-closed World yang Fokus ke Storyline

Salah satu yang saya kurang suka dari FF15 adalah petualangannya yang terlalu luas ala online game dengan tema brotherhood ala-ala pemuda mencari jati diri hahaha. Saya ngga suka online game (makanya ngga tertarik main FF14), jadinya kurang relate dengan FF15 dan merasa plot utamanya jadi agak kurang terasa.

Untungnya di FF16 ngga lagi begitu. Petualangannya sangat fokus ke main storyline-nya. Bahkan side quest-nya pun banyak membantu membangun cerita utama dan membantu kita memahami perkembangan karakter si tokoh utama ini. Makanya saya suka banget nyelesaiin side quest di sini.

Baca juga  "Indomie".... Selera Orang Jepang

Kita juga ga perlu sibuk-sibuk wandering ke sana kemari di dalam realm-nya game ini, karena semuanya pasti ter-cover dari main storyline dan side quest-nya. Setelah game selesai, kamu pasti sadar bahwa world map-mu sudah terbuka semua tanpa kita harus wandering. Ngga ada lagi dungeon-dungeon berbahaya, dungeon-dungeon rahasia, dan semacamnya.

Cukup mengikuti jalan cerita dan mengerjakan side quest, kita pasti bisa menyelesaikan game-nya dengan lancar. Karena Final Boss Battle-nya sendiri sangat fair dan ngga kayak game-game pendahulunya yang mana kita harus sampe level dewa dulu baru bisa ngalahin hahahaha.

Karena fokus dengan storyline, jadinya ngga butuh waktu terlalu lama untuk bisa menyelesaikan game ini. Quite fair, right?

Soundtrack

Kalau ada yang bisa dikritisi dari game ini, barangkali saya akan mengkritisi soundtrack dari game ini. Meskipun tim developer bener-bener memperhatikan voice actor dan menggunakan para pengisi suara yang bener-bener punya logat northern british untuk menghidupkan inspirasi jaman medieval, tapi untuk pilihan lagu-lagunya menurut saya kurang.

Beda dengan seri FF7, 8, 9, apalagi 10, bahkan sampai 14 yang masing-masing punya theme song yang cantik dan bisa berdiri sebagai sebuah hits music sendiri, dan bahkan sangat iconic untuk dibawakan dalam konser orkestra, sejauh pengamatan saya, FF16 ngga punya lagu yang seperti itu.

Bahkan saya kaget, ending song FF16 diisi oleh Kenshi Yonezu dengan lagunya Tsuki wo Miteita/Moongazing yang menurut saya “pop banget” vibe-nya, kurang grandious seperti seri-seri FF sebelumnya.

Beberapa lagu dalam FF16 juga seperti mengambil inspirasi dari seri sebelumnya. Lagu battle-nya terdengar mirip dengan battle FF8, kadang terdengar seperti lagu battle FF6 juga. Battle dengan Titan bahkan soundtrack-nya mirip dengan lagunya DMC! Rasanya kurang orisinil.

Lagu-lagu di kota/tempat tertentu, di world map, juga terdengar kurang istimewa. Cuma seperti lagu-lagu BGM film kolosal biasa. Kurang berkesan.

Buat saya yang paling memorable justru title song-nya dan beberapa lagu battle (karena diulang-ulang terus). Tapi, menurut saya masih kalah dengan Somnus, Apocalypsis Noctis dan Omnis Lacrima (by composer Yoko Shimomura yang sebelumnya bekerja untuk Kingdom Hearts Project) dari FF15 yang grandious banget lagunya. Tau kan, lagu-lagunya Kingdom Hearts juga bagus-bagus.

Kalo menurut opini pribadi saya, Masayoshi Soken, Composer music FF16 ini mau bikin ciri khas sendiri yang beda dengan Nobuo Uematsu dan Yoko Shimomura, apalagi FF16 ini kan memang membawa era “baru”. Makanya untuk fans lama mungkin masih kurang familiar karena terbiasa dengan musik ala Masashi Hamauzu, Yoko Shimomura, dan Nobuo Uematsu sendiri.

Padahal Heavensward, OST FF14, buatan Masayoshi Soken, adalah salah satu lagu FF favorit saya. Harapan saya FF16 juga punya OST sekeren itu.

Summary

Kalau mau dibahas semua bisa jadi 6-7 blog post sendiri nih kayanya. Karena memang SEBAGUSS ITUUU menurut saya.

Dari sisi Karakter yang lain daripada yang lain, plot element yang Final Fantasy bangettt, Eikon Battle yang sooooo grandious, dan gameplay yang menarik yang bisa diselesaikan oleh siapapun dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Soal musik, mari kita lihat nanti kalau ada konser Final Fantasy lagi, kita lihat mana yang akan dibawakan dari FF16.

Buat para penggemar FF, penggemar loyal FF, buat yang kurang suka sama FF15, dan buat para penyuka game, Final Fantasy 16 wajib dimainin!!! Jangan sampe ketinggalan!

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *