Selama tinggal di Jepang, ada 2 kegiatan yang menurut saya worth it banget dilakukan di Jepang, terutama buat cewek-cewek. Bukan sekedar shopping dan bukan sekedar jalan-jalan, sini aku spill 2 kegiatan yang rekomen di Jepang!
Belanja Underwear (untuk cewek)
Kaget ngga dengernya?
But yeah, menurut saya, pengalaman belanja underwear paling menyenangkan itu di Jepang, terutama buat cewek-cewek. Mungkin terdengar agak vulgar, tapi saya akan cerita apa yang membuat pengalaman belanja underwear semenyenangkan itu.

Jepang bisa dibilang sangat “maju” dalam menciptakan teknologi bra yang membuat aset para wanita ini terlihat lebih “cantik”. Karena memang rata-rata wanita di Jepang membutuhkan “bantuan” untuk membuat aset mereka lebih “cantik” bak wanita di belahan bumi barat.
Kalau temen-temen kenal dengan istilah push-up bra, nah di Jepang, mayoritas bra mereka adalah model yang semacam itu. Tapi, ngga cuma itu aja, ada model-model lain yang unik dan bisa memberikan kesan yang berbeda kalau dipakai. Ada yang model khusus supaya pundak ngga sakit, ada model yang membuat belahan dada lebih cantik, ada model yang bikin kelihatan lebih padat, dan semacamnya.
Oiya, disclaimer dulu sebelumnya. Bukan saya mengadvokasi teman-teman untuk menunjukkan keindahan aset masing-masing ke depan publik ya, tapi menurut saya, memakai underwear yang membuat kita feels good itu bisa meningkatkan mood kita dalam beraktifitas, meskipun itu ngga untuk dipertontonkan ke orang lain ya!
Selain model-model yang unik, pengalaman belanjanya juga menyenangkan. Setiap toko dilengkapi store clerk yang juga seorang bra fitter (seorang profesional yang membantu kita memilih dan memakai bra) yang bener-bener menyenangkan dan helpful.

Saya sudah pernah belanja ke berbagai toko underwear di Jepang seperti Wacoal, Triumph, Amo’s Style (Triumph group), Une Nana Cool (Wacoal group), Tutu Anna, Peach John, Aimerfeel, dan Amphi (Wacoal group), semuanya punya produk yang unik (yang ngga pernah saya temui di Indonesia kala itu), baik secara desain maupun fungsi. Selain itu, semua toko punya bra fitter yang profesional, yang bener-bener bikin saya ngerti tujuan masing-masing bra dan bagaimana cara pakai yang bener.
Cara para store clerk dan bra fitter itu melayani customer juga bikin kita betah, bikin kita merasa cantik dan berharga, dan bikin kita pingin beli berbagai macam produk di satu toko. Ngga jarang saya habis budget lebih banyak justru di toko underwear ketimbang di toko baju!
Kalau berkunjung ke toko underwear dan tertarik produknya, jangan malu untuk mencoba dan meminta bantuan ke clerk atau ke bra fitter mereka. Pengalaman saya belanja bra di Jepang, wajib banget dicoba. Karena standar ukuran bra di Jepang itu berbeda (don’t be surprised if they advise you to take bigger size LOL).
Selain itu, tiap bra yang punya pad atau spons di dalamnya juga punya ukuran cup yang berbeda-beda, tergantung tujuan dari underwear itu (misalnya, kalau push-up bra kemungkinan padnya tebel, jadi jangan kaget kalau ukuran cup jadi terkesan ‘naik’). Sementara kalau kita memilih jenis bra yang membuat aset keliatan round, sizenya bisa jadi berubah lagi. Tapi jangan khawatir, bra fitter bakal membantu kita mencari size yang bener-bener pas tanpa kita harus bolak-balik ke luar.

Setial kali saya nyobain bra, apalagi yang model baru dan unik, saya ngga ragu akan panggil bra fitter hanya untuk menanyakan ‘apakah penampilan bra ini benar seperti ini?’ untuk memastikan saya memakai branya dengan benar, dengan ukuran yang benar, sehingga tujuan dari bra itu tercapai (apakah push-up, atau all-rounder, atau yang lainnya). Bra fitter nanti yang akan menjelaskan bagaimana bra itu semestinya dipakai.
Pengalaman dan produk terbaik saya ada di Wacoal Japan (or any brands under Wacoal, termasuk UneNana Cool dan Amphi). Kalau uda kesana suka ngga sadar kalau belanja habis hampir 10000 yen (setara 1 juta rupiah) karena produknya bagus-bagus, awet, ketika dipakai bener-bener nyaman dan memperindah aset, plus bra fitter-nya helpful banget!

Kalau Triumph group (Triumph maupun Amo’s Style) bra fitter-nya sangat helpful, tapi saya ngerasa agak kurang cocok. Kalau yang harga miring, saya pilih Aimerfeel, karena jenis produknya unik-unik, nyaman dan bikin kita merasa cantik. Untuk Tutu Anna saya ngga terlalu rekomen dari segi produk maupun pelayanan, tapi memang dia yang paling murah. Sementara Peach John punya produk yang oke, tapi pengalaman terakhir saya kurang menyenangkan karena bra fitter-nya kurang profesional dan berakhir dengan size yang kurang pas di saya (padahal harganya ga murah :(( ).
Menyenangkan banget pokoknya belanja bra di Jepang, asal kita ngga malu buat menunjukkan aset kita ke bra fitter ya. Dan, buat temen-temen yang bisa berbahasa Jepang, pasti pengalamannya akan menyenangkan, TAPI, buat yang ngga bisa bahasa Jepang pun asal bisa dan pede pake bahasa tarzan pun bisa dapat pengalaman yang menyenangkan juga!
Nyalon di Jepang
Sebelumnya saya udah pernah share di Tiktok dan Instagram tentang pengalaman terbaik saya nyalon di Jepang. Menurut saya, nyalon di Jepang itu enak banget. Karena di sana kita bener-bener dilayani bak princess (walaupun kita dateng ‘nggembel’ wkwk), jadi kita merasa cantik selama proses nyalon sampe selesai. Setiap nyalon di Jepang, saya selalu keluar dengan rasa cantik.
Salon yang bagus juga akan sangat detil dan mengakomodir segala kebutuhan kita, plus mengikuti trend yang sedang naik di lingkungan dan dengan disesuaikan jenjang usia kita. Seru kan?
Salon mereka juga cantik dan estetik. Ruangan spa di beberapa salon sengaja dibuat gelap dan syahdu, jadi kita bener-bener bisa relaxing sambil head spa misalnya. Interior salon biasanya estetik, dibalut wangi-wangian khas salon.
Layanan mereka juga sangat profesional. Hair dresser semua dandannya kece, menunjukkan ke-profesional-an mereka. Masing-masing Hair dresser punya profil dan pengalaman kerja masing-masing (kita bisa pilih hair-dresser paling cupu sampe yang paling berpengalaman, tapi dengan additional fee). Hair dresser juga punya forte atau strong point masing-masing, misalnya ada yang jago potong bob cut, ada yang jago coloring, ahli perm, atau yang jago potongan layering. Yang jelas, semua hair-dresser pasti ngasih kita saran dan ngajarin kita cara untuk styling sehari-hari di rumah sesuai preferensi kita (gimana cara catokan buat yang suka catokan, dan gimana cara styling kalau kita ngga suka catokan). Seakan-akan potongan rambut itu adalah mahakarya mereka dan kita diajari cara menjaga mahakarya itu.
Teknologi head spa, perm, coloring yang mereka tawarkan juga unik dan modern. Banyak teknik spa dan coloring yang saya ngga pernah denger sebelumnya. Dan waktu saya cerita tentang bedanya pengalaman nyalon di Jepang dan di Indonesia, rata-rata hair-dresser Jepang terkaget-kaget karena layanan di Indonesia yang sangat simpel (bahkan kadang ada hair-dresser yang kepikiran untuk buka salon di Indonesia setelah saya cerita betapa saya seneng nyalon di Jepang LOL).
Kalo kata suami (ini menurut kakek-neneknya suami yang juga hair-dresser top di Osaka pada masanya), bisnis salon kecantikan itu mirip sama bisnis izakaya atau bisnis host club di Jepang. Karena hair-dresser harus bisa memberikan service yang bikin customer itu mau balik ke salon itu. Makanya, ngga heran kalo pelayanan dan keramahtamahan salon itu oke banget, bikin betah, bahkan bikin pengen balik juga. Hair-dresser-nya nyenengin dan ngga sedikit yang jago ngomong dan jago memuji, biar kita betah.
Selain hair-dresser yang ada di reels saya diatas, ada satu hair-dresser lagi yang bener-bener bikin saya betah di salon. Sambil motong rambut saya, sambil beliau cerita kalo beliau mantan fans AKB48 dan mengenal kota Jakarta gara-gara JKT48. Beliau ceritanya seru banget, tapi tetap sambil motong rambut saya dengan profesional. Hasilnya? Suka banget!
Walaupun, ngga sedikit influencer dan temen saya sendiri yang mengaku kurang puas nyalon di Jepang. Karena cari salon itu kayak cari jodoh, cocok-cocokan gitu. Cocok di saya, belum tentu cocok juga di orang lain. Kenapa? Ada beberapa alasan yang menurut saya mempengaruhi review orang.

(foto: dokumen pribadi)
Pertama, di Jepang, seperti yang saya bilang sebelumnya, tiap salon biasanya punya forte atau keunggulannya masing-masing. Kadang kalau kita ke salon yang spesialisasinya bob cut tapi kita minta di layering, biasanya hasilnya ngga memuaskan. Sebaliknya, saya pernah potong rambut ke neneknya suami yang jago bob haircut, hasil bob-nya beneran rapi banget dan cakep banget! Padahal rambut saya bergelombang banget dan susah buat bikin potongan yang lurus dan rapi.
Yang kedua perbedaan visi. Kalo ke salon Jepang itu hampir wajib yang namanya bawa gambar contoh potongan yang diinginkan. Biasanya kalo kita ngga bawa, mereka akan minta kita menunjuk gambar potongan rambut yang menjadi visi kita. Nah, kadang meskipun kita bawa gambar potongan rambut yang jadi visi kita, bisa jadi itu ngga sesuai dengan visi yang ada di kepala hair-dresser. Sulitnya, ngga semua hair-dresser bisa take direction dari customer. Untungnya, saya tipe yang lebih suka memasrahkan kepada “ahlinya”, dalam hal ini si hair-dresser, meskipun hasil akhirnya 50:50, kadang bagus kadang jelek.
Yang ketiga, tentu masalah keterbatasan bahasa. Yang orang asli Jepang aja kadang ngga bisa mengarahkan si hair-dresser, apalagi kalau kita ngga bisa bahasanya. Bisa jadi runyam! Makanya, sekarang banyak salon Jepang yang mulai menawarkan service berbahasa Inggris, atau, kalo cara saya dulu, bawa orang yang bisa berbahasa Jepang (mantan pacar aka suami) sebagai translator!
Yang keempat, mungkin karena nyalon di Jepang memang bisa dibilang mahal (sekarang ngerti kenapa salon “gaya Jepang” di Indonesia harganya mahal-mahal banget). Untuk potong doank harganya bisa mencapai 3000 yen (setara 300 ribu rupiah). Biasanya paket cuci-blow-styling standar di salon kecantikan berkisar antara 4000-6000 yen (harga di bawah itu biasanya salon nenek-nenek yang hasil potongannya dipertanyakan hehehe). Karena harganya mahal, ekspektasi orang jadi tinggi, dan ketika hasilnya ngga se ‘wow’ itu, mereka jadi kesel.
Makanya, saya pake aplikasi biar dapet diskon. Nama aplikasinya Hot Pepper Beauty. Kita bisa dapet diskon yang lumayan banget (terutama kalau kita baru pertama dateng ke salon itu). Walaupun di salon kesukaan saya di Osaka itu diskonnya hanya berlaku di kedatangan pertama, selanjutnya bayar harga full (6000yen atau sekitar IDR 600k untuk potong doank, belum sama keramas).
Nah, dari 2 kegiatan yang rekomen di Jepang ini, menurut temen-temen mana yang paling menarik untuk dicoba dalam lawatan ke Jepang berikutnya?
bener-bener anti mainstream mbak, kalau kita ke Jepang nggak melulu kulineran atau masuk ke tempat wisata, tapi juga bisa cobain nyalon di Jepang. Kan unik ya, bisa jadi cerita tersendiri buat kita nantinya
iya kak, kadang di Jepang itu yg menarik bukan cuma alam atau spot populernya, tapi justru experience keramah tamahan dan layanan berorientasi customernya yang menarik. bisa jadi pengalaman menarik