Di tempat les bahasa Jepang tempat saya belajar, tiap tahunnya diadakan kompetisi pidato. Semua murid lesnya diminta untuk berpartisipasi, termasuk saya. Untuk kompetisi tersebut, saya menulis sebuah pidato yang judulnya “Jepang, negara fantasi”.

Waktu pertama kali saya mengumpulkan naskah pidato itu, guru dan staf tempat les itu banyak yang terkejut, karena dalam naskah itu saya menulis bagaimana, menurut pengalaman saya, dunia di dalam anime dan manga (komik) ternyata benar-benar nyata adanya di Jepang.

Menurut saya, pemandangan, trend, teknologi, sampe ke tempat-tempat yang digambarkan di komik-komik itu sangat riil adanya di Jepang. Walaupun, ternyata guru saya dan beberapa staf terdengar kaget mendengar pendapat saya. Karena, menurut mereka, ngga mirip.

Sampai suatu hari, guru saya mulai mengerti kenapa saya berpendapat begitu, ketika ia bercerita tentang sistem penanggulangan bencana di kantornya, di Osaka, yang ternyata konsepnya mengingatkan saya sama konsep Tokyo-3 di manga/anime Evangelion, sebuah kota futuristik yang bisa “masuk” ke bawah tanah dan muncul lagi ke permukaan.

Kira-kira Tokyo-3 di Evangelion kayak gini. Kebayang kan gimana futuristiknya?

Kayak gimana maksudnya? Gini ceritanya….

Hinankunren: disaster drill ala Jepang

Awalnya, guru saya membahas tentang Hinankunren alas disaster drill, karena kebetulan topik pembelajaran kami minggu itu adalah tentang tulisan bertema Hinankunren. Tulisan tersebut menceritakan tentang kesiapan warga Jepang dalam menghadapi bencana apapun, karena mereka sudah disiapkan dan dididik dari kecil.

Misalnya, di dalam tulisan itu, diceritakan tentang kata “Okasimo” yang merupakan singkatan dari kata osanaide (jangan mendorong), kakenaide (jangan lari), shaberanai (jangan ngobrol), dan modoranai (jangan kembali). “Okasimo” ini adalah perintah yang dipersingkat supaya anak-anak mengerti bahwa dalam keadaan panik karena bencana, mereka tidak boleh lari, mendorong-dorong, ngobrol, dan tidak boleh kembali ke tempat bencana.

Baca juga  quality 1st derma laser nmn+niacinamide sheet mask: masker kilat dengan anti-aging Power!

Anak-anak dari usia SD di daerah Tokyo sudah dibiasakan tentang Okasimo ini, karena tiap melakukan Hinankunren di sekolah mereka, ini selalu diajarkan. Pun di tempat lain di Jepang, ada protokol pencegahan bencana yang harus mereka mengerti, karena setiap masyarakat Jepang, baik di sekolahan atau di tempat kerja, mereka harus mengikuti Hinankunren 2 kali dalam setahun, tiap tahunnya.

Guru saya sendiri bekerja di sebuah perusahaan besar di Osaka dan sudah berkali-kali mengikuti Hinankunren ini di kantornya (sampai hapal protokol di kantornya). Ia bercerita, kalau di kantornya, di setiap meja karyawan ada sebuah emergency bag atau tas darurat yang berisi helm, makanan cepat saji yang tahan lama, toiletries, selimut anti api, senter, sampai ke hazard map atau peta khusus bencana yang sudah ditandai jalur menuju rumah yang spesifik bagi masing-masing karyawan.

Kalau di SD, anak-anak Jepang diajari “Okasimo”, di kantor guru saya, jika terjadi bencana, karyawan wajib mengambil tas darurat tersebut dan evakuasi. Yang unik adalah, kalau bencananya berupa gempa besar dengan potensi tsunami, maka protokolnya adalah “ambil tas darurat dan jangan keluar gedung kantor”. Kenapa?? Inilah keunikannya.

Osaka: Rawa-rawa rawan tsunami

Di tengah kota Osaka, ada sebuah daerah yang bernama Umeda. Umeda ini kalau ditulis dengan kanji tulisannya 梅田 yang ditulis dari dua huruf kanji, yang artinya “laut” (diralat sama mba Hicha, katanya artinya “buah plum”–tapi inti ceritanya tetep sama sih hehe) dan “tanah lapang” (kalau bahasa Inggrisnya sih field). Konon katanya, ini menceritakan area Umeda yang bak rawa-rawa.

Ternyata, menurut penuturan guru saya, kota Osaka ini dibangun diatas tanah yang ketinggiannya dibawah permukaan laut (ga tau gimana maksudnya). Intinya, kalau terjadi tsunami, kota Osaka ini pasti tenggelam, terutama di pusat kotanya, termasuk area Umeda itu tadi.

Baca juga  My 2024 Best Buy: Kategori Skincare dan Kosmetik Jepang

Nah, untuk mencegah kerusakan akibat tsunami ini, ternyata tiap gedung tinggi seperti gedung perkantoran, mall, hotel, bahkan gedung apartement dilengkapi dengan sebuah dinding penghalang air yang tersimpan di bawah tanah. Jika peringatan tsunami dikeluarkan oleh pemerintah, maka dinding-dinding ini akan dikeluarkan dan akan menutup gedung-gedung tersebut hingga ke ketinggian tertentu.

Makanya, di gedung kantor guru saya, protokolnya adalah “Jangan keluar gedung”, karena, begitu “dinding anti-air” ini diaktifkan, otomatis pintu keluar dan masuk gedung akan tertutup. Dan ini ngga cuma ada di gedung kantor guru saya. Menurut beliau, paling engga semua gedung di area Midosuji Osaka (pusat kota Osaka) memiliki sistem ini.

Kalo Tokyo-3 di Evangelion bakal “tenggelam” begitu sirine dinyalakan, kalo kota Osaka bakal “tertutup dinding” begitu peringatan tsunami dikeluarkan. Futuristik banget kan?? Dan mirip banget ama Evangelion!

Ilustrasi seputar evakuasi warga Osaka (area barat) jika terjadi tsunami. Salah satu protokolnya adalah dengan evakuasi ke gedung khusus yang punya barrier anti tsunami.

“Kalo gedungnya di shield dinding gitu, orangnya terperangkap di dalam donk?”
Tenang aja, kalo menurut guru saya, tiap gedung baik itu perkantoran, mall, atau hotel, biasanya menyimpan pasokan makanan darurat yang jumlahnya cukup besar untuk mengantisipasi bencana seperti ini. Karena, begitu sistem peringatan bencana diaktifkan pemerintah, otomatis gedung-gedung ini akan terbuka untuk umum, dan bisa menampung siapapun yang evakuasi ke sana.

Pingin tau seputar Tsunami Disaster Prevention di Osaka? Baca di sini. Inspirasi lokasi asli anime/manga Evangelion ada di sini.

Japan and its disaster awareness

Meskipun semua orang tau bahwa bencana kayak gempa dan tsunami itu ngga bisa diprediksi 100%, tapi orang Jepang percaya bahwa bencana besar seperti gempa Hanshin-Awaji tahun 1995 atau gempa dan tsunami Tohouku tahun 2011 akan terulang lagi, mungkin dalam waktu dekat.

Baca juga  Generation Gap and Bullying?

Makanya, mereka tidak pernah lelah untuk melakukan Hinankunren dan membuat sistem-sistem anti-bencana seperti ini. Apalagi, menurut guru saya, belakangan ini banyak daerah di Jepang yang biasanya tidak pernah gempa, mulai bergoyang diterpa gempa.

Guru saya sendiri percaya bahwa setiap orang di Jepang paling tidak akan merasakan 1x gempa besar dalam hidupnya. Karena beliau belum pernah merasakan, maka beliau benar-benar mempersiapkan diri kalau-kalau yang berikutnya akan menimpa dirinya.

Yang jelas, sistem anti bencana di Jepang beneran udah next level. Jadi, ngga heran kalau di manga dan anime mereka menggambarkan negara ini bener-bener super hi-tech dan bener-bener maju. Karena, memang, Japan is a fantasy land!

Sebagai tambahan, kalau temen-temen nonton Evangelion 2.0, di menit ke 20 diceritakan para tokoh utama pergi ke pusat dekontaminasi air laut yang tercemar karena kejadian “second impact” yang mengingatkan pada usaha pemerintah Jepang mendekontaminasi air laut pasca bencana nuklir di Fukushima. Real banget kaan??

Jadi, menurut saya ngga heran kalau suatu hari nanti Jepang bakal berubah jadi negara futuristik seperti yang mereka imajinasikan dan fantasikan di dalam anime/manga kayak cuplikan Tokyo-3 di Evangelion berikut ini.

Lastly

Finally, I won the speech contest! Yey!

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *